Penyakit GERD dan Dampaknya pada Bulan Puasa

lifestyle-beauty-fashion-people-emotions-concept-woman-got-food-poisoned-touching-belly-feeling-unwell-asian-girl-with-cramps-looking-gloomy-having-menstrual-pain-white-background.jpg

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) menjadi salah satu masalah pencernaan yang umum terjadi. Gejala yang muncul berupa rasa terbakar di dada (heartburn). Apa efek dari kondisi ini pada bulan puasa?

GERD atau penyakit refluks gastroesofagus adalah kondisi medis yang terjadi ketika asam lambung naik ke esofagus (kerongkongan), menyebabkan iritasi pada dinding kerongkongan.

Kondisi ini terjadi karena katup antara lambung dan kerongkongan (sfingter esofagus bagian bawah) tidak berfungsi dengan baik, sehingga memungkinkan asam lambung untuk naik.

Tanda dan gejala

Selain heartburn, gejala lain yang perlu diwaspadai yakni regurgitasi (keluarnya makanan atau cairan dari perut ke mulut) dan kesulitan menelan.

Perlu diperhatikan juga untuk segera konsultasi ke dokter jika muncul gejala seperti:

  • Mual dan muntah, terutama setelah makan.
  • Sesak napas yang terjadi akibat refluks memengaruhi saluran napas.
  • Suara serak atau radang tenggorokan.
  • Kesulitan menelan, yakni karena kerongkongan teriritasi.

Faktor penyebab

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan GERD yakni adanya disfungsi sfingter esofagus bagian bawah. Ini terjadi ketika katup yang memisahkan kerongkongan dan lambung tidak berfungsi dengan baik.

Faktor-faktor lainnya termasuk seperti obesitas, yakni ketika lemak perut dapat meningkatkan tekanan pada lambung dan memicu refluks asam.

Berlebihan mengonsumsi makanan dan minuman tertentu, seperti makanan berlemak, pedas, asam, tinggi kafein, dan beralkohol juga bisa menjadi pemicu.

Pada seseorang dengan riwayat GERD, kebiasaan sehari-hari seperti stres dan merokok pun dapat memengaruhi produksi asam lambung dan memicu gejala GERD.

Adakah dampak GERD pada bulan puasa?

Bagi individu dengan riwayat GERD, puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Selama bulan puasa, seseorang GERD harus berhati-hati dalam mengatur pola makan dan kebiasaan sehari-hari untuk menghindari kambuhnya gejala.

Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi pada pengidap GERD selama puasa:

1. Meningkatnya risiko refluks asam

Selama puasa, lambung berada dalam keadaan kosong untuk jangka waktu yang lama. Nantinya di waktu berbuka puasa, biasanya makanan akan dikonsumsi dalam porsi besar dan cepat.

Hal ini dapat meningkatkan tekanan pada lambung dan menyebabkan refluks asam. Konsumsi makanan yang berat atau berminyak saat berbuka juga dapat memicu naiknya asam lambung.

2. Perubahan pola makan

Selama bulan puasa, banyak orang cenderung mengonsumsi makanan berat atau makanan pedas. Kebiasaan ini juga bisa menjadi pemicu gejala GERD.

Hobi makan makanan yang terlalu asam atau berlemak tinggi pun dapat memperburuk kondisi ini.

3. Dehidrasi

Dehidrasi dapat memperburuk gejala karena tubuh membutuhkan cairan yang cukup untuk menjaga sistem pencernaan bekerja dengan baik.

Kondisi tubuh yang kekurangan cairan juga dapat mengurangi kemampuan untuk menetralkan asam lambung yang naik ke kerongkongan.

4. Gangguan tidur

Gejala kambuhan GERD sering kali terasa lebih buruk saat seseorang sedang berbaring. Pada malam hari, setelah berbuka puasa misalnya, mereka cenderung tidur lebih cepat dan berbaring dalam waktu lama. Ini dapat meningkatkan risiko refluks asam, yang mengarah pada gangguan tidur atau rasa tidak nyaman saat tidur.

Tips mengelola GERD selama bulan puasa

Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif gejala, termasuk seperti:

Makan dalam porsi kecil

Untuk mencegah perut terlalu penuh, disarankan untuk makan dalam porsi kecil saat berbuka puasa. Ini dapat mengurangi tekanan pada lambung dan mencegah terjadinya refluks asam.

Beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita GERD saat berbuka puasa antara lain makanan berlemak, gorengan, makanan pedas, asam, dan minuman berkafein.

Makanlah dengan perlahan dan kunyahlah makanan dengan baik. Ini membantu proses pencernaan dan mencegah perut terlalu penuh dalam waktu singkat.

Minum cukup air putih

Pastikan untuk minum cukup air putih di antara waktu berbuka dan sahur untuk mencegah dehidrasi. Cobalah untuk meminum air sedikit demi sedikit sepanjang malam.

Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi

Jika merasa gejala GERD mulai muncul setelah berbuka puasa dan hendak tidur, usahakan untuk tidur dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi (menggunakan bantal tambahan). Tindakan sederhana ini dapat membantu mencegah asam lambung naik ke kerongkongan.

Atur menu sahur

Pilihlah makanan sahur yang ringan, seperti nasi merah, sayuran, dan protein rendah lemak. Hindari makanan yang berat atau pedas yang bisa memicu gejala GERD. Konsumsi makanan yang mudah dicerna dan kaya akan serat untuk menjaga kenyamanan pencernaan.

Punya riwayat GERD? Konsultasikan dengan dokter kami

Jangan ragu konsultasi dengan dokter, terutama jika GERD kerap muncul dengan gejala berat atau sering kambuh. Dokter dapat memberikan saran yang tepat mengenai penggunaan obat atau pengaturan pola makan yang sesuai untuk menghindari gejala GERD yang parah di bulan puasa.

Copyright by PT. Layanan Medika Pratama 2024. All rights reserved.