Mengenal Pneumonia: Gejala, Penyebab, dan Pencegahannya

Pneumonia atau yang sering disebut paru-paru basah bukan sekadar flu biasa. Ini merupakan kondisi di mana paru-paru mengalami peradangan dan terisi cairan, sehingga pengidapnya kerap sesak napas.
Apa itu pneumonia?
Dikutip dari laman Kemenkes RI, pneumonia adalah kondisi peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru. Peradangan ini mengakibatkan alveolus (kantong udara) terisi oleh cairan, sehingga paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik.
Pada beberapa kasus, pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dapat mengalami komplikasi berupa penyebaran bakteri dalam aliran darah.
Kondisi ini berisiko menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh, yang biasanya ditandai dengan abses paru hingga terdapat nanah.
Selain itu, peradangan yang tidak segera diobati dapat menyebabkan terbentuknya cairan peradangan, yang kemudian dapat mengumpul pada lapisan pelindung paru.
Penyebab pneumonia
Penyebab utamanya adalah infeksi akibat berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, protozoa, dan virus.
Bakteri
Penyebab utama pneumonia bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, tetapi bakteri lain seperti Haemophilus influenzae dan Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan infeksi ini.
Virus
Virus seperti a, virus corona (termasuk penyebab COVID-19), dan virus pernapasan lainnya dapat menyebabkan penyakit ini.
Jamur
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur jarang terjadi, namun dapat terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS.
Selain itu, beberapa faktor langsung juga dapat memicu penyakit infeksi ini, seperti:
1. Kebiasaan merokok
Merokok dapat merusak paru-paru dan menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga meningkatkan risiko pneumonia.
2. Penyakit jantung kronis
Penyakit jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko juga.
3. Diabetes melitus
Diabetes dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga turut menjadi salah satu faktor risiko dari penyakit infeksi paru-paru berbahaya ini.
Tanda dan gejala
Gejala yang muncul bisa bervariasi pada setiap orang, bergantung pada penyebab infeksi dan seberapa parah kondisinya. Akan tetapi, beberapa gejala umumnya meliputi:
- Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.
- Batuk tidak berdahak, atau berdahak dengan cairan mengandung nanah yang berwarna kekuningan.
- Nyeri dada yang terasa ketika bernapas hingga napas yang pendek.
- Mual, muntah, dan diare.
- Rasa nyeri pada otot, sendi, serta mudah lelah.
- Denyut nadi yang melemah hingga 100 kali per menit.
Gejala ini bisa muncul secara mendadak atau berkembang perlahan, tergantung pada penyebabnya. Jika gejala tidak segera ditangani, kondisi ini bisa memburuk dengan cepat.
Pemeriksaan dan diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan terhadap organ paru, untuk mendengarkan apakah ada suara yang tidak normal saat pasien bernapas. Beberapa pemeriksaan tambahan yang mungkin dibutuhkan meliputi:
1. Rontgen dada
Pemeriksaan ini membantu dokter untuk mendeteksi, menentukan lokasi, dan penyebab infeksi.
2. Cek darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya infeksi yang ditandai dengan peningkatan sel darah putih.
3. Pemeriksaan denyut nadi
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat seberapa banyak kadar oksigen yang beredar dalam tubuh.
4. Tes dahak
Pada tes dahak, akan dianalisis untuk melihat kuman yang menyebabkan infeksi pada paru.
Cara mengobati
Pengobatan pneumonia perlu dilakukan dengan cepat dan tepat, sesuai penyebab infeksi dan tingkat keparahannya. Misalnya yang disebabkan bakteri, pengobatan yang umum dilakukan yakni obat antibiotik.
Penting untuk menghabiskan seluruh resep antibiotik sesuai petunjuk dokter, meskipun gejala sudah mulai membaik.
Jika penyebabnya adalah virus, maka obat antivirus mungkin direkomendasikan, bergantung pada jenis virus yang menyebabkan infeksi.
Sementara itu, untuk membantu meredakan gejala lain, dokter juga mungkin akan meresepkan obat pereda nyeri dan demam, seperti parasetamol atau ibuprofen, serta obat batuk.
Infeksi ringan dapat diobati dengan istirahat dan hidrasi yang cukup di rumah, namun infeksi berat memerlukan perawatan di rumah sakit, termasuk penggunaan oksigen atau bahkan ventilator untuk membantu pernapasan.
Pencegahan pneumonia dengan vaksinasi
Mencegah lebih baik daripada mengobati, tak terkecuali pada penyakit seperti pneumonia. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit ini meliputi:
Vaksinasi
Vaksinasi adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah pneumonia, di antaranya dengan vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) dan vaksin influenza/vaksin flu.
Kedua jenis vaksin ini dapat melindungi dari beberapa jenis infeksi yang menyebabkan pneumonia.
Selain vaksinasi, jangan lupa barengi juga dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Rajin cuci tangan dengan sabun dan air guna mengurangi risiko penyebaran bakteri dan virus penyebab pneumonia.
Stop kebiasaan merokok dan hindari juga paparan asap rokok, terutama untuk memperbaiki kesehatan paru-paru. Tingkatkan kekebalan tubuh dengan makan makanan bergizi, cukup tidur, dan berolahraga secara teratur.
Jika tubuh terasa tidak fit atau menunjukkan gejala serupa pneumonia, segera periksakan diri ke dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.