Hipertensi pada Anak, Apakah Bisa Terjadi?

Tak hanya pada orang dewasa, kasus hipertensi pada anak juga merupakan kondisi yang cukup umum terjadi. Tapi perlu diwaspadai bahwa hipertensi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala atau penyebab yang bisa diidentifikasi.
Akan tetapi, gejala hipertensi bisa muncul seiring pertambahan usia anak.
Benarkah anak-anak bisa mengalami hipertensi?
Hipertensi bukanlah penyakit yang hanya menyerang orang dewasa saja, tapi anak-anak dan remaja juga bisa mengalaminya. Disebutkan dalam sebuah artikel tahun 2024 di jurnal Clinical Hypertension, bahwa maraknya hipertensi pada anak berkaitan erat dengan peningkatan kasus obesitas di seluruh dunia.
Ini berarti obesitas merupakan faktor risiko hipertensi yang signifikan dalam kelompok usia anak dan remaja.
Hipertensi sendiri merupakan kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi. Ini menunjukkan bahwa tekanan yang ditimbulkan pada dinding pembuluh darah tersebut lebih tinggi daripada batas normal.
Untuk kasus tekanan darah tinggi pada anak dan remaja, dalam dunia medis dikenal juga sebagai hipertensi pediatrik.
Penyebab hipertensi pada anak
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi pada anak dapat dibagi menjadi dua macam: hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer
Tekanan darah tinggi ini terjadi tanpa penyebab pasti atau bersifat idiopatik. Beberapa faktor risiko yang diduga berkaitan dengan kejadian hipertensi pada anak adalah:
- Berusia 6 tahun atau lebih.
- Memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga, dari orang tua atau kakek dan nenek.
- Berat badan berlebih dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25.
- Konsumsi tinggi natrium atau garam.
- Jarang melakukan aktivitas fisik.
- Memiliki kondisi penyakit diabetes.
Hipertensi sekunder
Tekanan darah tinggi ini secara umum terjadi karena terdapat kondisi medis yang mendasarinya, seperti penyakit ginjal dan penyempitan pembuluh darah arteri ke salah satu atau dua ginjal (hipertensi renovaskular).
Adapun beberapa jenis penyakit ginjal yang terkait dengan hipertensi secara spesifik adalah:
- Penyakit parenkim ginjal, seperti nefropati refluks, glomerulonefritis, atau infeksi ginjal (pielonefritis).
- Gangguan struktural ginjal, seperti penyakit ginjal displastik atau penyakit ginjal polikistik.
Selain itu, terdapat sejumlah kondisi medis lainnya yang dapat menjadi penyebab hipertensi sekunder pada anak, yaitu:
- Penyakit jantung bawaan.
- Ketidakseimbangan hormon, seperti hipertiroid.
- Mutasi genetik, seperti pada penyakit neurofibromatosis tipe 1 atau sindrom Liddle.
- Konsumsi obat-obatan tertentu.
- Faktor lingkungan, seperti paparan timbal dan merkuri.
Tanda dan gejala
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hipertensi pediatrik biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun tetap perlu waspadai beberapa gejala berikut ini:
- Sakit kepala
- Nyeri dada
- Jantung yang berdebar-debar
- Muntah
- Kejang
- Sesak napas
Diagnosis hipertensi pada anak
Biasanya dokter mendiagnosis hipertensi secara berbeda pada anak-anak, jika dibandingkan orang dewasa. Ini karena tingkat tekanan darah anak berubah seiring pertumbuhan dan pertambahan usianya.
Sebagai catatan, hipertensi pediatrik terjadi jika tekanan darah anak sama dengan atau lebih tinggi dari 95 persen anak-anak lainnya dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan yang sama.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan wawancara dengan anak dan orang tua untuk mengetahui tentang riwayat medis pasien dan keluarga.
Setelah itu, dokter akan memeriksa tekanan darah anak. Apabila dicurigai terjadi hipertensi pediatrik, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan.
Beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan termasuk seperti tes darah, tes urine, elektrokardiogram, serta tes pencitraan untuk memeriksa kondisi jantung dan/atau ginjal.
Pengobatan dan perawatan
Untuk menangani kasus hipertensi pada anak, akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing anak. Pada hipertensi sekunder, menangani kondisi yang mendasarinya bisa membantu mengatasi tekanan darah tinggi.
Secara umum, beberapa pilihan penanganan hipertensi pada anak meliputi perubahan gaya hidup dan penggunaan obat-obatan.
Dokter dapat merekomendasikan pasien anak untuk mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara rutin, dan mengelola stres dengan baik. Apabila hal tersebut masih belum cukup efektif, dokter bisa meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah.
Pastikan untuk mengonsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter dan tidak menambah/mengurangi dosis obat sendiri tanpa konsultasi.
Apakah Si Kecil tampak memiliki gejala yang mengarah pada masalah tekanan darah, segera konsultasikan dengan tim dokter spesialis di Primecare Clinic.